Home - warta - RI bangun SMK Plus Penerbangan 2009

Depdiknas dan TNI Angkatan Darat ( AD ) akan membangun SMK Plus Penerbangan agar alumni SMK Denerbangan dapat meneruskan pendidikannya serta untuk memenuhi tingginya kebutuhan pasar terhadap tenaga kerja pilot dan teknisi pesawat.

Hal itu dikemukakan oleh Joko Sutrisno, Direktur Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Depdiknas. Menurut dia, pendirian SMK Plus Penerbangan itu adalah untuk mengatasi krisis pilot dan teknisi pesawat, sehingga diharapkan pada pertengahan tahun ini sudah bisa dirintis pendirian sekolah itu. " Teknis dari SMK plus Penerbangan ini terbagi menjadi dua tahap pendidikan. Pertama, selama tiga tahun siswa belajar di SMK, dan satu tahun untuk sekolah khusus penerbang ," lanjutnya.

Dia mengatakan hingga saat ini Indonesia baru memiliki dua SMK Penerbangan Negeri, yakni SMKN 29 Jakarta dan SMKN di Bandung. Selain itu, masih ada tiga SMK Penerbangan lainnya yang terletak di Tangerang, Samarinda dan Papua yang baru mulai beroperasi tahun ini.

" SMK yang baru di Tangerang dan Samarinda baru menerima siswa kelas satu, sementara yang di Papua masih dalam taraf penyelesaian tapi pada 2009 sudah menerima murid ," tambahnya.

Dia mengatakan selain itu Indonesia memiliki 24 SMK Penerbangan swasta dan beberapa SMK Penerbangan milik TNI, seperti SMK Penerbangan di Semarang ( milik TNI AD ), di Bogor ( milik AURI ), di Yogyakarta, Madiun dan Kalijati.

Joko mengatakan prospek pendidikan penerbangan sekarang ini sangat bagus, karena perusahaan penerbangan sudah mulai melirik dan menggunakan lulusan SMK Penerbangan. Oleh karena itu, lanjutnya, Depdiknas dan TNI AD diharapkan pada tahun ini bisa merealisasikan sekolah tinggi penerbangan.

Indonesia, ujarnya, saat ini tengah mengalami krisis tenaga kerja bidang penerbangan yakni pilot dan teknisi pesawat. Dari 6.000 kebutuhan pilot dan 10.000 teknisi pesawat, baru 1.000 pilot yang bisa dipasok oleh Sekolah Tinggi Penerbangan.

" Seiring meningkatnya bisnis penerbangan dalam negeri, kebutuhan akan pilot dan teknisi pesawat makin meningkat. Padahal, lembaga pendidikan yang ada belum bisa menyediakan tenaga-tenaga tersebut ," ujarnya.

Selama ini, lanjut Joko, pasokan tenaga kerja pilot berasal dari Lembaga Pendidikan Penerbangan Curug yang lulusannya setingkat D-4. Lembaga pendidikan tersebut hanya mampu menyediakan 30 lulusan yang siap menjadi penerbang. Sedangkan untuk teknisi pesawat dihasilkan dari SMK Penerbangan, baik negeri maupun swasta.

SMK Penerbangan Singosari di Malang yang dikelola oleh yayasan istri TNI Angkatan Udara, misalnya, telah banyak mencetak penerbang dan mekanik yang bekerja di perusahaan penerbangan seperti Lion Air, Batavia Air dan Garuda Indonesia.

Berdasarkan data Dephub 2007, jumlah pesawat yang dimiliki Indonesia sebanyak 923 unit. Jumlah tersebut terdiri atas 542 pesawat yang dapat beroperasi, 235 yang expired dan 146 unit yang on ground.

Sumber : web.bisnis.com

Tags: warta