Home - warta - Pemerintah Kembangkan SMK Penerbangan PLUS

Pemerintah akan mengembangkan sekolah menengah kejuruan (SMK) penerbangan plus pada 2009, dimana siswa yang telah lulus dengan predikat terbaik akan mengikuti pendidikan penerbangan selama setahun.

Hal itu dimungkinkan karena Direktorat Pembinaan SMK Departemen Pendidikan Nasional telah bekerjasama dengan Penerbang Angkatan Darat (Penerbad).

Nantinya siswa SMK (SMK penerbangan-red) setelah menyelesaikan pendidikannya selama tiga tahun, mereka akan dipilih untuk meneruskan pendidikan penerbangan sehingga setelah lulus mereka siap pakai untuk menjadi pilot pesawat terbang, kata Direktur Pembinaan SMK Depdiknas, Joko Sutrisno, di Jakarta, Rabu, (31/12).

Joko menambahkan, tahun 2009 ditargetkan sekitar 30 lulusan SMK penerbangan terbaik dapat mengikuti pendidikan penerbangan, setelah melalui tes yang dilakukan oleh Penerbad.

Rencananya, pada tahun yang sama Direktorat SMK, juga akan menganggarkan dana sebesar Rp2 miliar untuk membeli 2 buah helicopter yang kemungkinan kedua helicopter itu akan ditempatkan di SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang.

SMK tersebut dikelola oleh yayasan Persatuan Istri Angkatan Udara, PIA Ardyagarini atau di SMK Angkasa, Singosari Malang, karena kedua SMK tersebut mempunyai lahan yang cukup luas untuk latihan helicopter tersebut.

Menurut Joko, saat ini lulusan siswa SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang sudah banyak yang bekerja menjadi pilot di Lion Air dan juga ada 4 orang lulusan SMK tersebut yang menjadi taruna Akabri dimana 2 orang diantaranya telah lulus dari taruna Akabri pada tahun 2008 yang dilantik oleh Presiden.

Mereka diterima karena kemampuannya sains dan bahasa Inggrisnya yang baik. Diharapkan setiap tahunnya sekitar 5-6 lulusan siswa SMK penerbangan dapat masuk Akabri, kata Joko.

Menurut Joko, semua ini karena Direktorat SMK telah mengubah kurikulum 2004 di bidang teknologi yang tidak dipakai lagi dengan kurikulum teknologi terapan.

Waktu itu saya menanyakan kepada para siswa SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang apa saja kesulitannya pada kurikulum 2004 pada bidang teknologi dan mereka rata-rata menjawab karena kekurangan ilmu basic sains (fisika kimia dan matematika), ungkapnya.

Dalam kurikulum terapan ini siswa harus menguasai sains, bahasa asing, ICT (information communication technology) dan entrepreneur/pengusaha. Untuk itu, kurikulum ini telah ditambah jam pelajarannya, untuk pelajaran matematika 7 jam, fisika 3 jam, kimia 3 jam, bahasa Inggris 5 jam dan kewirausahaan 2 jam per minggunya.

Sumber : Depkominfo.go.id

Tags: warta